Masyarakat Indonesia perlu lebih waspada terhadap berbagai jenis makanan tinggi gula yang tidak terasa manis di lidah.
Selama ini, sebagian besar orang hanya mengaitkan asupan gula dengan makanan yang memiliki rasa manis mencolok.
Padahal, banyak makanan yang sehari-hari dikonsumsi masyarakat ternyata mengandung kadar gula yang tinggi tanpa memberikan sensasi manis.
Fenomena ini menjadi perhatian penting di tengah meningkatnya kasus diabetes dan obesitas yang terus mengintai berbagai kalangan usia.
Sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa makanan manis seperti kue, es krim, atau permen adalah satu-satunya penyumbang gula utama dalam tubuh.
Namun, berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak makanan gurih, asin, bahkan hambar sekalipun menyimpan kandungan gula dalam jumlah yang signifikan.
Kondisi ini diperparah oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk membaca label nutrisi sebelum mengonsumsi produk makanan kemasan.
Salah satu contoh yang paling sering luput dari perhatian adalah saus tomat dan saus sambal dalam kemasan yang kerap digunakan sebagai pelengkap makanan cepat saji.
Dilansir dari Inca Berita, meski cita rasanya lebih cenderung asam dan pedas, nyatanya saus tersebut bisa mengandung hingga 4 gram gula per satu sendok makan.
Jumlah ini setara dengan satu sendok teh gula pasir, yang tentu saja dapat berdampak besar jika dikonsumsi secara rutin dan berlebihan.
Selain saus, roti tawar putih juga menjadi salah satu makanan yang menyumbang gula tersembunyi dalam jumlah besar.
Rasa roti yang cenderung hambar ternyata menyembunyikan kandungan gula tambahan untuk menjaga tekstur dan memperpanjang masa simpan produk.
Dalam satu lembar roti tawar putih bisa terdapat hingga 2-3 gram gula, tergantung dari merek dan jenis pengawet yang digunakan.
Makanan instan seperti mie instan juga menjadi penyumbang gula yang sering tak disadari oleh konsumen.
Kebanyakan orang fokus pada kandungan garam dan lemak, padahal satu bungkus mie instan dapat mengandung gula tersembunyi hingga 6 gram.
Gula ditambahkan untuk menyeimbangkan rasa gurih dan memperkuat sensasi umami yang menjadi ciri khas produk instan tersebut.
Sereal sarapan, yang sering dikampanyekan sebagai makanan sehat dan bergizi untuk anak-anak, juga patut diwaspadai.
Beberapa produk sereal yang dijual di pasaran Indonesia dapat mengandung lebih dari 10 gram gula per satu takaran saji.
Padahal, sebagian besar sereal tersebut tidak memberikan rasa manis yang dominan, membuat orang tua tidak curiga saat menyajikannya setiap pagi.
Produk olahan seperti nugget ayam, sosis, dan bakso kemasan juga termasuk dalam daftar makanan dengan kandungan gula tersembunyi.
Gula ditambahkan dalam proses pengolahan untuk membantu proses fermentasi, menjaga kelembutan, dan memberikan warna menarik setelah digoreng.
Minuman isotonik dan minuman energi yang banyak dikonsumsi untuk menunjang aktivitas olahraga pun tak luput dari kandungan gula yang tinggi.
Meskipun tidak terasa manis menyengat seperti soda, satu botol minuman isotonik bisa mengandung hingga 15 gram gula.
Jumlah ini cukup untuk menyumbang lebih dari setengah kebutuhan gula harian yang direkomendasikan oleh WHO.
WHO sendiri menyarankan agar asupan gula tambahan tidak lebih dari 25 gram per hari untuk orang dewasa.
Artinya, mengonsumsi dua porsi makanan tinggi gula tersembunyi saja bisa langsung melebihi batas harian yang disarankan.
Berdasarkan data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar), prevalensi penderita diabetes di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahun.
Salah satu penyebab utama adalah gaya hidup modern yang mengandalkan makanan olahan dan instan yang tinggi gula dan rendah serat.
Pemerintah dan lembaga kesehatan sebenarnya telah melakukan edukasi terkait pentingnya membaca label gizi pada kemasan produk makanan.
Namun, kesadaran masyarakat masih rendah karena sebagian besar merasa aman selama tidak mengonsumsi makanan manis secara langsung.
Padahal, kunci utama untuk menjaga kadar gula dalam tubuh adalah dengan memahami sumber gula yang tidak tampak secara kasat mata.
Pakar gizi menyarankan agar masyarakat mulai mengganti makanan olahan dengan makanan segar yang dimasak sendiri di rumah.
Langkah ini dinilai efektif untuk mengontrol penggunaan gula, garam, dan bahan tambahan lain sesuai kebutuhan tubuh masing-masing.
Selain itu, penting juga untuk membatasi konsumsi makanan kemasan dan memperbanyak asupan air putih, sayuran dan buah rendah gula.
Langkah sederhana ini, jika dilakukan secara konsisten dapat membantu mencegah risiko penyakit metabolik seperti diabetes tipe 2.
Peran keluarga sangat penting dalam membentuk pola makan sehat sejak dini terutama pada anak-anak yang rentan terhadap kebiasaan konsumsi gula berlebih.
Dengan memperhatikan makanan yang tampaknya tidak manis namun kaya gula, masyarakat Indonesia diharapkan dapat lebih bijak dalam memilih makanan.
Informasi ini diharapkan dapat membuka wawasan baru bagi pembaca untuk tidak hanya fokus pada rasa tapi juga memahami kandungan nutrisi secara menyeluruh.
Menjadikan kesehatan sebagai prioritas utama adalah investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat besar di masa depan.