Berikut ini pengalaman memasak bersama ibu dari dapurnenek. Memasak bersama ibu adalah salah satu pengalaman paling berharga dan bermakna dalam hidup saya. Sejak kecil, dapur bukan hanya tempat memasak, tapi juga ruang di mana saya belajar nilai kehidupan, kesabaran, dan cinta dalam bentuk yang paling sederhana. Salah satu pengalaman yang paling saya kenang adalah saat kami memasak rendang untuk menyambut Hari Raya.
Menyiapkan Bahan Rendang
Hari itu dimulai sejak pagi. Ibu sudah siap dengan bahan-bahan yang telah disiapkan sehari sebelumnya: daging sapi segar, santan kelapa, bawang merah, bawang putih, lengkuas, jahe, serai, cabai kering, dan pelbagai rempah lainnya. Saya ditugaskan untuk mengupas dan mengiris bawang serta mengisar rempah menggunakan pengisar batu, alat tradisional yang ibu warisi dari nenek. Meskipun tangan terasa pedih karena cabai, saya tetap semangat karena ibu selalu memberi semangat sambil bercerita tentang masa kecilnya di kampung.
Rahasia Kelezatan Rendang
Proses memasak rendang sangat memerlukan kesabaran. Ibu menjelaskan bahwa rahasia kelezatan rendang adalah pada api kecil dan waktu memasak yang lama. Kami mengaduk rendang perlahan sambil bercerita, tertawa, dan sesekali mencicipi rasa. Ibu sangat teliti kalau rasa kurang seimbang, dia tahu rempah mana yang perlu ditambah. Dari situ, saya belajar pentingnya perhatian pada detail, bahkan dalam hal-hal kecil.
Yang paling menyentuh adalah saat ibu mengatakan bahwa memasak bukan hanya tentang rasa, tapi tentang menyampaikan kasih sayang. "Bila kamu masak dengan ikhlas, insyaAllah orang yang makan pun akan rasa sayang tu," katanya sambil tersenyum. Kata-kata itu sangat membekas di hati saya hingga kini.
Rendang Siap Disajikan
Setelah berjam-jam, rendang pun siap berwarna coklat kehitaman, harum semerbak, dan penuh rasa. Kami menyantapnya bersama keluarga dengan nasi panas dan sambal. Saat melihat semua orang menikmati hasil masakan kami, rasa penat langsung hilang, tergantikan oleh rasa bahagia dan syukur.
Pengalaman memasak bersama ibu bukan sekadar belajar masak, tapi juga menjadi cara kami mempererat hubungan, berbagi kenangan, dan meneruskan warisan keluarga. Kini, setiap kali saya memasak sendiri, suara ibu masih terasa membimbing dari balik kenangan indah di dapur rumah kami.